Makalah
MASALAH
PEMBELAJARAN DALAM PROGRAM STUDI SEJARAH
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran)
Kelas
H
Dosen
pengampu: Dr.Suranto, M.pd.
Oleh:
Siti
Holisah
140210302083
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
Kata
Pengantar
Segala puji bagi Allah yang telah
melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah berjudul “MASALAH PEMBELAJARAN DALAM PROGRAM STUDI SEJARAH”. Kami menyadari dalam
pembuatannya masih banyak sekali kekurangan dan jauh dari sempurna. Dan semoga
selalu dilakukan penyempurnaan terhadap makalah kami. Untuk itu kami sangat
membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menjadikan
makalah ini menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi para pembaca. Selain itu, kami pun mengucapakan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, membimbing mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
Bapak Dr.Suranto, M.pd., dan memberi dukungan kepada saya dalam penyelesaian
makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun saya harapkan dari pembaca makalah
ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pembelajaran merupakan jantung dari proses
pendidikan dalam suatu institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat
kompleks, maksud kompleks disini yaitu mencakup para mahasiswa serta dosen yang
terdapat dalam pembelajaran tersebut. Pada tingkat mikro, pencapaian kualitas
pembelajaran merupakan tanggung jawab profesional seorang dosen, misalnya
melalui penciptaan pengalaman belajar yang bermakna bagi mahasiswa dan
fasilitas yang didapat para mahasiswa untuk mencapai hasil belajar yang
maksimal. Pada tingkat makro, melalui sistem pembelajaran yang berkualitas,
lembaga pendidikan bertanggungjawab terhadap pembentukan tenaga pengajar yang
berkualitas, yaitu yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan intelektual,
sikap, dan moral dari setiap individu peserta didik sebagai anggota masyarakat.
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang terdapat diatas, dapat di
rumuskan masalah yaitu sebagai berikut:
1.
Bagaimana proses
pembelajaran yang ada di program studi sejarah?
2.
Apa saja kendala
atau masalah yang dihadapi oleh para peserta didik maupun dosen di program
studi sejarah?
3.
Apakah solusi
yang dapat memecahkan kendala atau masalah yang ada dalam program studi
sejarah?
1.3. Tujuan
Dari latar belakang diatas, dapat di simpulkan
tujuan penulisan yaitu sebagai berikut:
1.
Mengetahui
bagaimana proses pembelajaran yang ada di program studi sejarah
2.
Mengetahui apa
saja kendala atau masalah yang dihadapi oleh para peserta didik maupun dosen di
program studi sejarah?
3.
Mengetahui apakah
solusi yang dapat memecahkan kendala atau masalah yang ada dalam program studi
sejarah?
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Proses Pembelajaran di Program Studi Sejarah
Dalam proses pembelajaran sejarah membutuhkan metode mengajar. Metode mengajar
dalam proses pembelajaran sejarah yang digunakan dosen dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah
asal pakai, akan tetapi setelah melakukan seleksi yang berkesesuaian dengan
perumusan tujuan intruksional khusus, oleh karena itu berikut merupakan masalah
yang harus di pahami dalam pemilihan dan penentuan metode dalam kegiatan
belajar mengajar.
1. Nilai Strategis Metode
Guru sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan dan penentuan metode sebelum
kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di kelas
2. Efektivitas Penggunaan Metode
Efektivitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara
metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam suatu
pelajaran, sebagai persiapan tertulis.
3. Pentingnya Pemilihan dan Penentuan Metode
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan
belajar yang kreativ bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satu
kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemulihan dan penetuan metode
yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi
dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat – sifat metode tersebut. Winarno Surahmad (1990; 97) mengatakan, bahwa pemilihan
dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai berikut :
a.
Mahasiswa
Mahasiswa adalah manusia berpotensi
yang mengahajatkan pendidikan.
b.
Tujuan
Metode harus tunduk pada kehendak tujuan dan bukan sebaliknya. Karena itu kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh
tujuan, maka metode harus mendukung sepenuhnya.
c.
Situasi
Metode yang baik adalah sesuai dengan situasi yang ada, oleh sebab itu
situasi yang ada mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
d.
Fasilitas
Lengkap tidaknya fasilitas belajar akna mempengaruhi pemilihan metode
mengajar.
e.
Guru
kepribadian guru akan menentukan pemilihan dan penentuan metode yang akan
dipakai.
2.2.Macam-macam Metode Pembelajaran
Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, terutama dalam pembelajaran sejarah diantaranya:
1.
Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi
dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti
secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang
paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam
mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya
beli dan paham siswa.
a.
Kelebihan
a.)
Guru mudah menguasai
kelas.
b.)
Dapat diikuti siswa dengan
jumlah yang banyak.
c.)
Mudah mempersiapkan dan
melaksanakannya.
d.)
Guru mudah menerangkan
bahan pelajaran berjumlah besar.
b.
Kekurangan
a.)
Membuat siswa pasif.
b.)
Mengandung unsur paksaan
terhadap siswa.
c.)
Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik.
d.)
Kegiatan pengajaran
menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
e.)
Bila terlalu lama
membosankan.
2. Metode Diskusi
Diskusi
merupakan strategi pengajaran yang memanfaatkan interaksi guru-siswa dan siswa
–siswa sebagai kendaraan utama untuk mencapai tujuan pembelajaran tingkat
tinggi. Strategi ini ditandai dengan menurunnya fokus pada guru, meningkatnya
interaksi antarsiswa dan berkembangnya keterlibatan siswa dalam ruang kelas. Didalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, dimana interaksi
antara dua atau lebih individu yang terlibat saling tukar menukar pengalaman,
informasi, memecahkan masalah, dapat juga semuanya aktif.
1.)
Kelebihan
a.)
Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk
ide, gagasan,dan terobosan baru dalam
memecahkan suatu masalah.
b.)
Mengembangkan sikap
menghargai pendapat orag lain.
c.)
Memperluas wawasan.
d.)
Membina siswa untuk
terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah.
e.)
Dapat
merangsang pemikiran, menantang sikap dan kepercayaan dan mengembangkan skill
interpesonal.
f.)
Mendorong siswa berpikir
kritis.
g.)
Mendorong siswa
mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
h.)
Mendorong siswa menyumbangkan
buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama.
i.)
Mengambil satu alternatif
jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan
pertimbangan yang seksama.
2.)
Kekurangan
a.)
Tidak dapat dipakai dalam
kelompok yang besar.
b.)
Peserta diskusi mendapat
informasi yang terbatas.
c.)
Dapat dikuasai oleh
orang-orang yang suka berbicara.
3. Metode Karyawisata
Metode karya wisata adalah
suatu metode mengajar yang dirancang oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat
laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta
didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
a.
Kelebihan
a.)
Karyawisata memiliki
prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b.)
Membuat apa yang
dipelajari disekolalebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat.
c.)
Lebih merangsang
kreativitas siswa.
d.)
Informasi sebagai bahan
pelajaran lebih aktual dan luas.
b.
Kekurangan
a.)
Memerlukan persiapan yang
melibatkan banyak pihak.
b.)
Memerlukan perencanaan
dengan persiapan yang matang.
c.)
Dalam karyawisata sering
unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur
studinya terabaikan.
d.)
Memerlukan pengawasan yang
lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
e.)
Memerlukan biaya yang mahal.
4. Metode Problem Solving
Metode problem solving
bukan sekedar metode mengajar, tetapi merupakan suatu metode berfikir, sebab
dalam metode solving dapat menggunakan metode lainnya yang dimulai dari mencari
data hingga menarik suatu kesimpualan.
a.
Kelebihan :
a.)
Metode ini bisa membuat
pendidikan disekolah lebih relevan dengan kehidupan
b.)
Metode ini merangsang
pengembangan kemampuan berpikir siswa
c.)
Proses belajar mengajar
melalui pemecahan masalah yang nantinya dapat
membiasakan siswa dalam menyelesaikan masalah
b.
Kekurangan :
a.)
Dalam penggunaan metode
ini banyak memakan waktu
b.)
Mengubah kebiasaan siswa
yang belajar dengan mendengar dan menerima informasi
c.)
Menentukan masalah yang
tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa
5. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah
cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama
dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa ke
guru. Metode tanya jawab adalah yang tertua dan paling banyak dalam proses
pendidikan, baik dilingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah.
a.
Kelebihan
a.)
Pertanyaan dapat menarik
dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika siswa tersebut sedang ribut.
b.)
Merangsang daya pikir dan
daya ingat siswa.
c.)
Mengembangkan keberanian
dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
b.
Kekurangan
a.)
Membuat siswa menjadi
tegang
b.)
Waktu sering terbuang
percuma, ketika tidak ada siswa yang menjawab pertanyaan.
c.)
Pertanyaan tidak bisa
merata untuk semua siswa.
2.3.Masalah yang dihadapi yang dihadapi di program studi sejarah
Masih ada pendidik yang kurang menguasai materi dan
dalam mengevaluasi siswa menuntut jawaban yang persis seperti apa yang guru
jelaskan. Dengan kata lain siswa tidak diberi peluang untuk berfikir kreatif
dan mengemukakan pendapatnya secara bebas. Sementara itu materi pembelajaran
dipandang oleh siswa terlalu teoritis, kurang memanfaatkan berbagai media
secara optimal.
Guru belum memberdayakan seluruh
potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi
individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa
belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa belum mampu mempelajari
fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat
ingatan, mereka belum mampu menerapkannya secara efektif dalam pemecahan. Di
era globalisasi ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar
siswa mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai dan
menggunakan informasi, serta melahirkan gagasan kreatif untuk menentukan sikap
dalam pengambilan keputusan.
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya
sejarah, sering dianggap sebagai pelajaran hafalan dan membosankan.
Pembelajaran ini dianggap tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan urutan
peristiwa yang harus diingat kemudian diungkap kembali saat menjawab soal-soal
ujian. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, karena masih terjadi sampai
sekarang. Pembelajaran sejarah yang selama ini terjadi di sekolah-sekolah
dirasakan membosankan.
Pembelajaran sejarah jauh dari harapan untuk memungkinkan
anak melihat relevansinya dengan kehidupan masa kini dan masa depan. Mulai dari
jenjang SD hingga SMA, pembelajaran sejarah cenderung hanya memanfaatkan fakta
sejarah sebagai materi utama. Tidak aneh bila pendidikan sejarah terasa kurang
menarik, dan tidak memberi kesempatan kepada anak didik untuk belajar menggali
makna dari sebuah peristiwa sejarah. strategi pedagogis sejarah Indonesia
sangat lemah. Pendidikan sejarah di sekolah masih berkutat pada pendekatan
chronicle dan cenderung menuntut anak agar menghafal suatu peristiwa. Siswa
tidak dibiasakan untuk mengartikan suatu peristiwa guna memahami dinamika suatu
perubahan.
Model pembelajaran yang bersifat satu
arah dimana guru menjadi sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran
menjadi sangat sulit untuk dirubah. Pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki
oleh siswa sebelumnya atau lingkungan sosialnya tidak dijadikan bahan pelajaran
di kelas, sehingga menempatkan siswa sebagai peserta pembelajaran sejarah yang
pasif. Dengan kata lain, kurang cermatnya pemilihan strategi mengajar akan
berakibat fatal bagi pencapaian tujuan pengajaran itu sendiri.
Masalah kurikulum sejarah, karena
kurikulum adalah salah satu komponen yang menjadi acuan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional. Secara umum dapat dikatakan bahwa kurikulum adalah rencana
tertulis dan dilaksanakan dalam suatu proses pendidikan guna mengembangkan
potensi peserta didik menjadi berkualitas. Dalam sebuah kurikulum termuat
berbagai komponen, seperti, tujuan, konten dan organisasi konten, proses yang
menggambarkan posisi peserta didik dalam belajar dan asessmen hasil belajar.
Selain komponen tersebut, kurikulum sebagai suatu rencana tertulis dapat pula
berisikan sumber belajar dan peralatan belajar dan evaluasi kurikulum atau
program.
Materi-materi yang diberikan dalam
kurikulum yang sering mendapat kritik dari masyarakat maupun para pemerhati
sejarah baik dari pemilihannya, teori pengembangannya dan implimentasinya yang
seringkali digunakan untuk berpolitik. Maksudnya yaitu kurikulum yang digunakan
tidak lepas dari adanya kepentingan-kepentingan politik. Sejarah dijadikan alat
untuk membangun paradigma berfikir masyarakat mengenai perjalanan sejarah
bangsa dengan mengagung-agungkan orang
yang mempunyai kekuasaan pada zamannya. Sistem pembelajaran yang
diterapkan tidak mengarahkan siswa untuk berfikir kritis mengenai suatu
peristiwa sejarah, sehingga siswa seakan-akan dibohongi oleh pelajaran tentang
masa lalu.
Masalah yang tak kalah pentingnya
adalah masalah materi dan buku ajar/buku teks sejarah, Hampir seluruh buku
ajar, baik yang diterbitkan oleh swasta maupun pemerintah sebenarnya tidak
layak untuk dijadikan referensi. Hampir seluruh penulis buku hanya membaca
dokumen kurikulum secara harfiah dan tidak mampu memahami jiwa kurikulum dengan
baik. Sebagian besar penulis buku juga tidak paham sejarah sebagi ilmu,
historiografi, dan tertinggal sangat jauh dalam referensi mutahkir penulisan
(Purwanto, 2006:268).
Masalah profesionalisme guru sejarah
juga masih dipertanyakan, pemegang kebijakan di sekolah bahwa pelajaran sejarah
dalam mengajarkannya tidak begitu penting memperhatikan masalah keprofesian,
sehingga tidak jarang tugas mengajar sejarah diberikan kepada guru yang bukan
profesinya. Akibatnya, guru mengajarkan sejarah dengan ceramah mengulangi apa
isi yang ada dalam buku. Sementara itu terlalu banyak sekolah yang memposisikan
guru sejarah sebagai orang buangan, dan mata pelajaran sejarah sekedar sebagai
pelengkap.
Bahkan banyak kasus ditemukan, guru
sejarah menjadi sasaran untuk menaikkan nilai siswa agar yang bersangkutan
dapat naik kelas. Selain itu, sebagian besar guru juga tidak mengikuti
perkembangan hasil penelitian dan penerbitan mutakhir sejarah Indonesia.
Pelajaran sejarah seolah sangat mudah dan digampangkan. Banyak pendidik yang
tidak berlatar belakang pendidikan sejarah terpaksa mengajar sejarah di sekolah
2.4.Solusi yang dapat Memecahkan Kendala atau Masalah yang Ada Dalam Program Studi Sejarah
Metode yang cocok untuk pembelajaran
sejarah adalah metode pembelajaran Kontruktivisme adalah bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas. Pembelajaran sejarah kontruktivisme berkaitan dengan
pembelajaran yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa
dalam kehidupan sehari-hari. Siswa menciptakan pembelajaran mereka sendiri. Para
konstruktivis menginterpretasikan pengetahuan sebagai sebuah hipotesis kerja.
Pengetahuan tidak ditentukan dari luar manusia, tetapi terbentuk dari mereka
sendiri. Orang mepengetahuan berdasarkan keyakinan dan pengalaman mereka
sendiri dalam situasi-situasi yang hadapi dan pengetahuan berbeda dari orang ke
orang. Dengan demikian, semua pengetahuan bersifatnya subjektif dan personal
dan merupakan produk dar kognisi-kognisi kita. Jadi, pembelajaran berlangsung
dalam konteks-konteks. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri.
Penggunaan
model pembelajaran, penempatan guru sebagai fasilitator, director-motivator dan
evaluator bagi siswa dalam upaya membantu siswa mengembangkan keterampilan
sosial dan kemampuan berfikir kritis, agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya,
mampu bekerjasama dengan orang lain, dan mampu berinteraksi sosial dengan
masyarakat.
Kurikulum sejarah merupakan suatu
konsep atau kontrak yang merencanakan pendidikan sejarah bagi sekelompok
penduduk usia muda tertentu yang mengikuti jenjang pendidikan tertentu. Tujuan
dari lembaga pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu menentukan konsep
pendidikan sejarah yang harus dikembangkan bagi peserta didik lembaga
pendidikan tersebut. Oleh karena itu kurikulum pendidikan sejarah digambarkan
dalam bentuk tujuan, materi/pokok bahasan, cara belajar peserta didik, dan
asessmen hasil belajar baik dalam bentuk perencanaan tertulis maupun
imlementasinya. Untuk kemudian dilakukan evaluasi kurikulum untuk mengetahui
keberhasilan atau kagagalan kurikulum dalam mencapai tujuan.
Untuk dapat kembali mengajarkan sejarah
secara baik dan menarik, pendidik mempunyai keleluasaan mengolah dan menata
materi yang ada. Sudah barang tentu tidak mungkin topik yang ada dalam
kurikulum dapat diselesaikan dengan alokasi waktu yang tersedia. Untuk itulah
bagaimana pendidik mengontrol berbagai materi pengajaran yang memungkinkan
dipelajari di luar kelas. Kurikulum yang baik untuk kelas tertentu adalah yang
cocok, terencana dengan baik, sesuai, menyajikan pemikiran yang bijaksana dan
sistematis. Tujuan kurikulum adalah membuka peluang melalui perencanaan yang
bijaksana bagi tumbuhkembangnya mata pelajaran dan para siswanya.
Sesuai dengan ketetapan UU No. 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas dan PP No. 19 tahun 2005, maka pengembanagn
kurikulum pendidikan sejarah dimasa mendatang adalah tanggungjawab satuan
pendidikan. Artinya, pengembangan kurikulum pendidikan sejarah SD, SMP, SMA
menjadi tanggungjawab masing-masing sekolah tersebut. Melalui pengembangan dan
penempatan sejarah lokal sebagai materi kurikulum yang dasar, terlepas apakah materi
tersebut dikemas dalam mata pelajaran sejarah ataukah mata pelajaran lain.
Posisi materi sejarah lokal dalam kurikulum dianggap penting karena pendidikan
harus dimulai dari lingkungan terdekat dan peserta didik harus menjadi dirinya
sebagai anggota masyarakat terdekat.
Kurikulum sejarah tersebut harus mampu
mengembangkan kualitas manusia Indonesia masa mendatang, yaitu:
1. semangat yang kuat,
2. kemampuan berpikir baik yang bersifat proaktif
maupun reaktif
3. memiliki kemampuan mencari, memilih, menerima, mengolah
dan memanfaatkan informasi melalui berbagai media
4. mengambil inisiatif
5. tingkat kreativitas yang tinggi dan
6. kerjasama yang tinggi
Sedangkan untuk mengatasi permasalahan
buku teks harus ada kriteria yang baik. Salah satu kriteria buku cetak yang baik
adalah buku cetak harus bersih dari indoktrinasi. Buku cetak harus menyajikan
pandangan yang adil tentang berbagai macam ide yang disampaikan pada fase
kehidupan tertentu. Buku ini harus tidak mengandung sekumpulan pendapat yang
sempit, tidak mengandung terlalu banyak nasionalisme hingga cenderung
membelenggu, kaku, dan resmi. Buku ini harus tidak menanamkan kebiasaan
memberikan tanggapan secara spontan tanpa berpikir terlebih dahulu, penilaian
yang menyakitkan dan tanggapan yang emosional. Pandangan yang bisa dan
prasangka penulis harus tidak tercermin didalam lembaran buku cetak. Buku cetak
yang dipergunakan siswa harus mengatakan kebenaran yang sesungguhnya, dan tidak
ada yang lain selain kebenaran.
Siswa cenderung mengembangkan ide yang
salah bahwa sejarah sama artinya dengan buku cetak. Dan sebagus apapun buku
tersebut tidak akan cukup untuk mendukung siswa dalm belajar. Jadi, saran
alternatifnya adalah gunakan buku cetak tunggal sebagi pendukung, dan sediakan
serangkaian buku cetak lainnya yang masing-masing mewakili subjek permasalahan
dari sudut pandang yang berbeda. Cara ini akan meminimalkan kecenderungan untuk
bergantung sepenuhnya pada buku cetak. Selain itu, siswa akan mampu
membandingkan dan menyelaraskan sudut-sudut pandang yang berbeda.
Sejarah haruslah diinterpretasikan
seobjektif dan sesederhana mungkin. Ini dapat terlaksana hanya jika guru
sejarah memilki beberapa kualitas pokok. kualitas yang harus dimilki guru
sejarah adalah penguasaan materi dan penguasaan teknik. Dalam penguasaan materi,
guru sejarah harus lengkap dari segi akademik. Meskipun ia mengajar kelas-kelas
dasar, guru sejarah harus sekurang-kurangnya bergelar sarjana dengan
spesialisasi dalam periode tertentu dalam sejarah.
Di kelas-kelas yang lebih tinggi,
sebagai tambahan untuk subjek yang menjadi spesialisasinya, guru sejarah harus
dapat memasukkan ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Setiap guru harus sejarah
harus memperluas dan menguasai ilmu-ilmu yang terkait seperti bahasa modern,
sejarah filsafat, sejarah sastra, dan geografi.
Dalam penguasaan teknik, guru sejarah
harus meguasai berbagai macam metode dan teknik dalam pembelajaran sejarah. Ia
harus menciptahkan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan agar proses
belajar-mengajar dapat berlangsung dengan cepat dan baik.
Pendidikan dan pembinaan guru perlu
ditingkatkan untuk menghasilkan guru yang bermutu dan dalam jumlah yang
memadai, serta perlu ditingkatkan pengembangan karier dan kesejahteraannya
termasuk pemberian penghargaan bagi guru yang berprestasi. Maka dari itu secara
professional, guru sejarah harus memilki pemahaman tentang hakikat pembelajaran
sejarah, tujuan pembelajaran sejarah, kompetensi-kompetensi apa yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran sejarah, nilai-nilai apa yang dibutuhkan dan
dapat dikembangkan dalam pembelajaran sejarah, sebelum nantinya guru dapat
menentukan metode atau pendekatan yang digunakan.
BAB III PENUTUP
2.5. Kesimpulan
Siswa belum mampu
mempelajari fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya
pada tingkat ingatan, mereka belum mampu menerapkannya secara efektif dalam
pemecahan. Materi-materi yang diberikan dalam kurikulum yang sering mendapat
kritik dari masyarakat maupun para pemerhati sejarah baik dari pemilihannya,
teori pengembangannya dan implimentasinya yang seringkali digunakan untuk
berpolitik. Masalah profesionalisme guru sejarah juga masih dipertanyakan.
Solusinya adalah penempatan guru sebagai fasilitator, director-motivator dan
evaluator bagi siswa dalam upaya membantu siswa mengembangkan keterampilan
sosial dan kemampuan berfikir kritis, agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya,
mampu bekerjasama dengan orang lain, dan mampu berinteraksi sosial dengan
masyarakat, Dalam penguasaan teknik, guru sejarah harus meguasai berbagai macam
metode dan teknik dalam pembelajaran sejarah. Ia harus menciptakan suasana
belajar yang nyaman dan menyenangkan agar proses belajar-mengajar dapat
berlangsung dengan cepat dan baik. Kurikulum sejarah merupakan suatu konsep
atau kontrak yang merencanakan pendidikan sejarah bagi sekelompok penduduk usia
muda tertentu yang mengikuti jenjang pendidikan tertentu. Sedangkan untuk
mengatasi permasalahan buku teks harus ada kriteria yang baik. Salah satu
kriteria buku cetak yang baik adalah buku cetak harus bersih dari indoktrinasi.
2.6. Saran
Sebaiknya, seluruh warga sekolah maupun seluruh
warga prodi sejarah mengintropreksi agar menjadikan pembelajaran sejarah dapat
berlangsung secara lancer dan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Suranto.
2015. Teori Belajar dan Pembelajaran
Kontemporer. Yogyakarta: Penerbit LaksBang PRESSIndo.
Alfian, Magdalia. 2007. ‘Pendidikan Sejarah dan Permasalahan yang Dihadapi’. Makalah.
Disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah
Se-Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang, Semarang, 16 April 2007
Anggara, Boyi. 2007. ‘Pembelajaran Sejarah yang Berorientasi pada Masalah- Masalah Sosial
Kontemporer’. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan
Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang, Semarang,
16 April 2007
Gunawan, Restu (ed). 1998. Simposium Pengajaran Sejarah (kumpulan makalah diskusi). Jakarta :
Depdikbud
Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta : Pustaka Jaya
Hasan, Hamid S. 2007. ‘Kurikulum Pendidikan Sejarah Berbasis Kompetensi’. Makalah.
Disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah
Se-Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang, Semarang, 16 April 2007
Kochar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah. Jakarta : Grasindo
Martanto, SD, dkk. 2009. ‘Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial Kontemporer Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Siswa’. PKM-GT. Semarang. Tidak Dipublikasikan
Nursam, M. dkk (ed). 2008. Sejarah yang Memihak : Mengenang Sartono Kartodirdjo. Yogyakarta :
Ombak
Purwanto, Bambang. 2006. Gagalnya Historiografi Indonesiasentris?!. Yogyakarta : Ombak
Purwanto, Bambang dan Adam AW. 2005. Menggugat Historiografi Indonesia.
Yogyakarta. Ombak
Widja, I Gde. 1989. Dasar – Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah.
Jakarta : Debdikbud
Sejarah.fkip.unej.ac.id