Jumat, 12 Juni 2015

Makalah Tugas Akhir UAS






Makalah


MASALAH PEMBELAJARAN DALAM PROGRAM STUDI SEJARAH

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran)



Kelas H

Dosen pengampu: Dr.Suranto, M.pd.
Oleh:
Siti Holisah
140210302083




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015


Kata Pengantar


             Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan  makalah berjudul “MASALAH PEMBELAJARAN DALAM PROGRAM STUDI SEJARAH”. Kami menyadari dalam pembuatannya masih banyak sekali kekurangan dan jauh dari sempurna. Dan semoga selalu dilakukan penyempurnaan terhadap makalah kami. Untuk itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menjadikan makalah ini menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca. Selain itu, kami pun mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Bapak Dr.Suranto, M.pd., dan memberi dukungan kepada saya dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun saya harapkan dari pembaca makalah ini.


Penulis


DAFTAR ISI





BAB I PENDAHULUAN


1.1.Latar Belakang

Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat kompleks, maksud kompleks disini yaitu mencakup para mahasiswa serta dosen yang terdapat dalam pembelajaran tersebut. Pada tingkat mikro, pencapaian kualitas pembelajaran merupakan tanggung jawab profesional seorang dosen, misalnya melalui penciptaan pengalaman belajar yang bermakna bagi mahasiswa dan fasilitas yang didapat para mahasiswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pada tingkat makro, melalui sistem pembelajaran yang berkualitas, lembaga pendidikan bertanggungjawab terhadap pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas, yaitu yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan intelektual, sikap, dan moral dari setiap individu peserta didik sebagai anggota masyarakat.


1.2.Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang terdapat diatas, dapat di rumuskan masalah yaitu sebagai berikut:
1.      Bagaimana proses pembelajaran yang ada di program studi sejarah?
2.      Apa saja kendala atau masalah yang dihadapi oleh para peserta didik maupun dosen di program studi sejarah?
3.      Apakah solusi yang dapat memecahkan kendala atau masalah yang ada dalam program studi sejarah?



1.3. Tujuan 

Dari latar belakang diatas, dapat di simpulkan tujuan penulisan yaitu sebagai berikut:
1.      Mengetahui bagaimana proses pembelajaran yang ada di program studi sejarah
2.      Mengetahui apa saja kendala atau masalah yang dihadapi oleh para peserta didik maupun dosen di program studi sejarah?
3.      Mengetahui apakah solusi yang dapat memecahkan kendala atau masalah yang ada dalam program studi sejarah?



BAB II PEMBAHASAN


2.1.Proses Pembelajaran di Program Studi Sejarah

            Dalam proses pembelajaran sejarah membutuhkan metode mengajar. Metode mengajar dalam proses pembelajaran sejarah yang digunakan dosen dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, akan tetapi setelah melakukan seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus, oleh karena itu berikut merupakan masalah yang harus di pahami dalam pemilihan dan penentuan metode dalam kegiatan belajar mengajar.
1. Nilai Strategis Metode
            Guru sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan dan penentuan metode sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di kelas
2. Efektivitas Penggunaan Metode
            Efektivitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam suatu pelajaran, sebagai persiapan tertulis.
3. Pentingnya Pemilihan dan Penentuan Metode
            Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreativ bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemulihan dan penetuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
            Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat – sifat metode tersebut. Winarno Surahmad (1990; 97) mengatakan, bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai berikut :
a.       Mahasiswa
Mahasiswa adalah manusia berpotensi yang mengahajatkan pendidikan.
b.      Tujuan
      Metode harus tunduk pada kehendak tujuan dan bukan sebaliknya. Karena itu kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan, maka metode harus mendukung sepenuhnya.
c.       Situasi
      Metode yang baik adalah sesuai dengan situasi yang ada, oleh sebab itu situasi yang ada mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
d.      Fasilitas
      Lengkap tidaknya fasilitas belajar akna mempengaruhi pemilihan metode mengajar.
e.       Guru
      kepribadian guru akan menentukan pemilihan dan penentuan metode yang akan dipakai.

 

2.2.Macam-macam Metode Pembelajaran

          Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, terutama dalam pembelajaran sejarah  diantaranya:
1. Metode Ceramah
            Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
a.       Kelebihan
a.)    Guru mudah menguasai kelas.
b.)    Dapat diikuti siswa dengan jumlah yang banyak.
c.)    Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
d.)   Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
b.      Kekurangan
a.)    Membuat siswa pasif.
b.)    Mengandung unsur paksaan terhadap siswa.
c.)    Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik.
d.)   Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
e.)    Bila terlalu lama membosankan.

2. Metode Diskusi
     Diskusi merupakan strategi pengajaran yang memanfaatkan interaksi guru-siswa dan siswa –siswa sebagai kendaraan utama untuk mencapai tujuan pembelajaran tingkat tinggi. Strategi ini ditandai dengan menurunnya fokus pada guru, meningkatnya interaksi antarsiswa dan berkembangnya keterlibatan siswa dalam ruang kelas. Didalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, dimana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat juga semuanya aktif.
1.) Kelebihan
a.)    Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan,dan terobosan baru dalam  memecahkan suatu masalah.
b.)    Mengembangkan sikap menghargai pendapat orag lain.
c.)    Memperluas wawasan.
d.)   Membina siswa untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah.
e.)    Dapat merangsang pemikiran, menantang sikap dan kepercayaan dan mengembangkan skill interpesonal.
f.)     Mendorong siswa berpikir kritis.
g.)    Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
h.)    Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama.
i.)      Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
2.) Kekurangan
a.)    Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b.)    Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c.)    Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

3. Metode Karyawisata
     Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
a.    Kelebihan
a.)    Karyawisata memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b.)    Membuat apa yang dipelajari disekolalebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat.
c.)    Lebih merangsang kreativitas siswa.
d.)   Informasi sebagai bahan pelajaran lebih aktual dan luas.
b.   Kekurangan
a.)    Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b.)    Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c.)    Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d.)   Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
e.)    Memerlukan biaya yang mahal.

4. Metode Problem Solving
     Metode problem solving bukan sekedar metode mengajar, tetapi merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam metode solving dapat menggunakan metode lainnya yang dimulai dari mencari data hingga menarik suatu kesimpualan.
a.    Kelebihan : 
a.)    Metode ini bisa membuat pendidikan disekolah lebih relevan dengan kehidupan
b.)    Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa
c.)    Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah yang nantinya dapat  membiasakan siswa dalam menyelesaikan masalah
b.   Kekurangan :
a.)    Dalam penggunaan metode ini banyak memakan waktu
b.)    Mengubah kebiasaan siswa yang belajar dengan mendengar dan menerima informasi
c.)    Menentukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa

5. Metode Tanya Jawab
     Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa ke guru. Metode tanya jawab adalah yang tertua dan paling banyak dalam proses pendidikan, baik dilingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah.
a.    Kelebihan
a.)    Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika siswa tersebut sedang ribut.
b.)    Merangsang daya pikir dan daya ingat siswa.
c.)    Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
b.   Kekurangan
a.)    Membuat siswa menjadi tegang
b.)    Waktu sering terbuang percuma, ketika tidak ada siswa yang menjawab pertanyaan.
c.)    Pertanyaan tidak bisa merata untuk semua siswa.

2.3.Masalah yang dihadapi yang dihadapi di program studi sejarah

          Masih ada pendidik yang kurang menguasai materi dan dalam mengevaluasi siswa menuntut jawaban yang persis seperti apa yang guru jelaskan. Dengan kata lain siswa tidak diberi peluang untuk berfikir kreatif dan mengemukakan pendapatnya secara bebas. Sementara itu materi pembelajaran dipandang oleh siswa terlalu teoritis, kurang memanfaatkan berbagai media secara optimal.
          Guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa belum mampu mempelajari fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum mampu menerapkannya secara efektif dalam pemecahan. Di era globalisasi ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar siswa mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai dan menggunakan informasi, serta melahirkan gagasan kreatif untuk menentukan sikap dalam pengambilan keputusan.
          Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya sejarah, sering dianggap sebagai pelajaran hafalan dan membosankan. Pembelajaran ini dianggap tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan urutan peristiwa yang harus diingat kemudian diungkap kembali saat menjawab soal-soal ujian. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, karena masih terjadi sampai sekarang. Pembelajaran sejarah yang selama ini terjadi di sekolah-sekolah dirasakan membosankan.
          Pembelajaran sejarah jauh dari harapan untuk memungkinkan anak melihat relevansinya dengan kehidupan masa kini dan masa depan. Mulai dari jenjang SD hingga SMA, pembelajaran sejarah cenderung hanya memanfaatkan fakta sejarah sebagai materi utama. Tidak aneh bila pendidikan sejarah terasa kurang menarik, dan tidak memberi kesempatan kepada anak didik untuk belajar menggali makna dari sebuah peristiwa sejarah. strategi pedagogis sejarah Indonesia sangat lemah. Pendidikan sejarah di sekolah masih berkutat pada pendekatan chronicle dan cenderung menuntut anak agar menghafal suatu peristiwa. Siswa tidak dibiasakan untuk mengartikan suatu peristiwa guna memahami dinamika suatu perubahan.
          Model pembelajaran yang bersifat satu arah dimana guru menjadi sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran menjadi sangat sulit untuk dirubah. Pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya atau lingkungan sosialnya tidak dijadikan bahan pelajaran di kelas, sehingga menempatkan siswa sebagai peserta pembelajaran sejarah yang pasif. Dengan kata lain, kurang cermatnya pemilihan strategi mengajar akan berakibat fatal bagi pencapaian tujuan pengajaran itu sendiri.
          Masalah kurikulum sejarah, karena kurikulum adalah salah satu komponen yang menjadi acuan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Secara umum dapat dikatakan bahwa kurikulum adalah rencana tertulis dan dilaksanakan dalam suatu proses pendidikan guna mengembangkan potensi peserta didik menjadi berkualitas. Dalam sebuah kurikulum termuat berbagai komponen, seperti, tujuan, konten dan organisasi konten, proses yang menggambarkan posisi peserta didik dalam belajar dan asessmen hasil belajar. Selain komponen tersebut, kurikulum sebagai suatu rencana tertulis dapat pula berisikan sumber belajar dan peralatan belajar dan evaluasi kurikulum atau program.
          Materi-materi yang diberikan dalam kurikulum yang sering mendapat kritik dari masyarakat maupun para pemerhati sejarah baik dari pemilihannya, teori pengembangannya dan implimentasinya yang seringkali digunakan untuk berpolitik. Maksudnya yaitu kurikulum yang digunakan tidak lepas dari adanya kepentingan-kepentingan politik. Sejarah dijadikan alat untuk membangun paradigma berfikir masyarakat mengenai perjalanan sejarah bangsa dengan mengagung-agungkan orang  yang mempunyai kekuasaan pada zamannya. Sistem pembelajaran yang diterapkan tidak mengarahkan siswa untuk berfikir kritis mengenai suatu peristiwa sejarah, sehingga siswa seakan-akan dibohongi oleh pelajaran tentang masa lalu.
          Masalah yang tak kalah pentingnya adalah masalah materi dan buku ajar/buku teks sejarah, Hampir seluruh buku ajar, baik yang diterbitkan oleh swasta maupun pemerintah sebenarnya tidak layak untuk dijadikan referensi. Hampir seluruh penulis buku hanya membaca dokumen kurikulum secara harfiah dan tidak mampu memahami jiwa kurikulum dengan baik. Sebagian besar penulis buku juga tidak paham sejarah sebagi ilmu, historiografi, dan tertinggal sangat jauh dalam referensi mutahkir penulisan (Purwanto, 2006:268).
          Masalah profesionalisme guru sejarah juga masih dipertanyakan, pemegang kebijakan di sekolah bahwa pelajaran sejarah dalam mengajarkannya tidak begitu penting memperhatikan masalah keprofesian, sehingga tidak jarang tugas mengajar sejarah diberikan kepada guru yang bukan profesinya. Akibatnya, guru mengajarkan sejarah dengan ceramah mengulangi apa isi yang ada dalam buku. Sementara itu terlalu banyak sekolah yang memposisikan guru sejarah sebagai orang buangan, dan mata pelajaran sejarah sekedar sebagai pelengkap.
          Bahkan banyak kasus ditemukan, guru sejarah menjadi sasaran untuk menaikkan nilai siswa agar yang bersangkutan dapat naik kelas. Selain itu, sebagian besar guru juga tidak mengikuti perkembangan hasil penelitian dan penerbitan mutakhir sejarah Indonesia. Pelajaran sejarah seolah sangat mudah dan digampangkan. Banyak pendidik yang tidak berlatar belakang pendidikan sejarah terpaksa mengajar sejarah di sekolah



2.4.Solusi yang dapat Memecahkan Kendala atau Masalah yang Ada Dalam Program Studi Sejarah

          Metode yang cocok untuk pembelajaran sejarah adalah metode pembelajaran Kontruktivisme adalah bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pembelajaran sejarah kontruktivisme berkaitan dengan pembelajaran yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Siswa menciptakan pembelajaran mereka sendiri. Para konstruktivis menginterpretasikan pengetahuan sebagai sebuah hipotesis kerja. Pengetahuan tidak ditentukan dari luar manusia, tetapi terbentuk dari mereka sendiri. Orang mepengetahuan berdasarkan keyakinan dan pengalaman mereka sendiri dalam situasi-situasi yang hadapi dan pengetahuan berbeda dari orang ke orang. Dengan demikian, semua pengetahuan bersifatnya subjektif dan personal dan merupakan produk dar kognisi-kognisi kita. Jadi, pembelajaran berlangsung dalam konteks-konteks. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
        Penggunaan model pembelajaran, penempatan guru sebagai fasilitator, director-motivator dan evaluator bagi siswa dalam upaya membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan berfikir kritis, agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, mampu bekerjasama dengan orang lain, dan mampu berinteraksi sosial dengan masyarakat.
          Kurikulum sejarah merupakan suatu konsep atau kontrak yang merencanakan pendidikan sejarah bagi sekelompok penduduk usia muda tertentu yang mengikuti jenjang pendidikan tertentu. Tujuan dari lembaga pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu menentukan konsep pendidikan sejarah yang harus dikembangkan bagi peserta didik lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena itu kurikulum pendidikan sejarah digambarkan dalam bentuk tujuan, materi/pokok bahasan, cara belajar peserta didik, dan asessmen hasil belajar baik dalam bentuk perencanaan tertulis maupun imlementasinya. Untuk kemudian dilakukan evaluasi kurikulum untuk mengetahui keberhasilan atau kagagalan kurikulum dalam mencapai tujuan.
          Untuk dapat kembali mengajarkan sejarah secara baik dan menarik, pendidik mempunyai keleluasaan mengolah dan menata materi yang ada. Sudah barang tentu tidak mungkin topik yang ada dalam kurikulum dapat diselesaikan dengan alokasi waktu yang tersedia. Untuk itulah bagaimana pendidik mengontrol berbagai materi pengajaran yang memungkinkan dipelajari di luar kelas. Kurikulum yang baik untuk kelas tertentu adalah yang cocok, terencana dengan baik, sesuai, menyajikan pemikiran yang bijaksana dan sistematis. Tujuan kurikulum adalah membuka peluang melalui perencanaan yang bijaksana bagi tumbuhkembangnya mata pelajaran dan para siswanya.
          Sesuai dengan ketetapan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan PP No. 19 tahun 2005, maka pengembanagn kurikulum pendidikan sejarah dimasa mendatang adalah tanggungjawab satuan pendidikan. Artinya, pengembangan kurikulum pendidikan sejarah SD, SMP, SMA menjadi tanggungjawab masing-masing sekolah tersebut. Melalui pengembangan dan penempatan sejarah lokal sebagai materi kurikulum yang dasar, terlepas apakah materi tersebut dikemas dalam mata pelajaran sejarah ataukah mata pelajaran lain. Posisi materi sejarah lokal dalam kurikulum dianggap penting karena pendidikan harus dimulai dari lingkungan terdekat dan peserta didik harus menjadi dirinya sebagai anggota masyarakat terdekat.
          Kurikulum sejarah tersebut harus mampu mengembangkan kualitas manusia Indonesia masa mendatang, yaitu:
1. semangat yang kuat,
2. kemampuan berpikir baik yang bersifat proaktif maupun reaktif
3. memiliki kemampuan mencari, memilih, menerima, mengolah dan memanfaatkan informasi melalui berbagai media
4. mengambil inisiatif
5. tingkat kreativitas yang tinggi dan
6. kerjasama yang tinggi

          Sedangkan untuk mengatasi permasalahan buku teks harus ada kriteria yang baik. Salah satu kriteria buku cetak yang baik adalah buku cetak harus bersih dari indoktrinasi. Buku cetak harus menyajikan pandangan yang adil tentang berbagai macam ide yang disampaikan pada fase kehidupan tertentu. Buku ini harus tidak mengandung sekumpulan pendapat yang sempit, tidak mengandung terlalu banyak nasionalisme hingga cenderung membelenggu, kaku, dan resmi. Buku ini harus tidak menanamkan kebiasaan memberikan tanggapan secara spontan tanpa berpikir terlebih dahulu, penilaian yang menyakitkan dan tanggapan yang emosional. Pandangan yang bisa dan prasangka penulis harus tidak tercermin didalam lembaran buku cetak. Buku cetak yang dipergunakan siswa harus mengatakan kebenaran yang sesungguhnya, dan tidak ada yang lain selain kebenaran.
          Siswa cenderung mengembangkan ide yang salah bahwa sejarah sama artinya dengan buku cetak. Dan sebagus apapun buku tersebut tidak akan cukup untuk mendukung siswa dalm belajar. Jadi, saran alternatifnya adalah gunakan buku cetak tunggal sebagi pendukung, dan sediakan serangkaian buku cetak lainnya yang masing-masing mewakili subjek permasalahan dari sudut pandang yang berbeda. Cara ini akan meminimalkan kecenderungan untuk bergantung sepenuhnya pada buku cetak. Selain itu, siswa akan mampu membandingkan dan menyelaraskan sudut-sudut pandang yang berbeda.
          Sejarah haruslah diinterpretasikan seobjektif dan sesederhana mungkin. Ini dapat terlaksana hanya jika guru sejarah memilki beberapa kualitas pokok. kualitas yang harus dimilki guru sejarah adalah penguasaan materi dan penguasaan teknik. Dalam penguasaan materi, guru sejarah harus lengkap dari segi akademik. Meskipun ia mengajar kelas-kelas dasar, guru sejarah harus sekurang-kurangnya bergelar sarjana dengan spesialisasi dalam periode tertentu dalam sejarah.
          Di kelas-kelas yang lebih tinggi, sebagai tambahan untuk subjek yang menjadi spesialisasinya, guru sejarah harus dapat memasukkan ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Setiap guru harus sejarah harus memperluas dan menguasai ilmu-ilmu yang terkait seperti bahasa modern, sejarah filsafat, sejarah sastra, dan geografi.
          Dalam penguasaan teknik, guru sejarah harus meguasai berbagai macam metode dan teknik dalam pembelajaran sejarah. Ia harus menciptahkan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan agar proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan cepat dan baik.
          Pendidikan dan pembinaan guru perlu ditingkatkan untuk menghasilkan guru yang bermutu dan dalam jumlah yang memadai, serta perlu ditingkatkan pengembangan karier dan kesejahteraannya termasuk pemberian penghargaan bagi guru yang berprestasi. Maka dari itu secara professional, guru sejarah harus memilki pemahaman tentang hakikat pembelajaran sejarah, tujuan pembelajaran sejarah, kompetensi-kompetensi apa yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sejarah, nilai-nilai apa yang dibutuhkan dan dapat dikembangkan dalam pembelajaran sejarah, sebelum nantinya guru dapat menentukan metode atau pendekatan yang digunakan.



BAB III PENUTUP

 

2.5. Kesimpulan

Siswa belum mampu mempelajari fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum mampu menerapkannya secara efektif dalam pemecahan. Materi-materi yang diberikan dalam kurikulum yang sering mendapat kritik dari masyarakat maupun para pemerhati sejarah baik dari pemilihannya, teori pengembangannya dan implimentasinya yang seringkali digunakan untuk berpolitik. Masalah profesionalisme guru sejarah juga masih dipertanyakan. Solusinya adalah penempatan guru sebagai fasilitator, director-motivator dan evaluator bagi siswa dalam upaya membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan berfikir kritis, agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, mampu bekerjasama dengan orang lain, dan mampu berinteraksi sosial dengan masyarakat, Dalam penguasaan teknik, guru sejarah harus meguasai berbagai macam metode dan teknik dalam pembelajaran sejarah. Ia harus menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan agar proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan cepat dan baik. Kurikulum sejarah merupakan suatu konsep atau kontrak yang merencanakan pendidikan sejarah bagi sekelompok penduduk usia muda tertentu yang mengikuti jenjang pendidikan tertentu. Sedangkan untuk mengatasi permasalahan buku teks harus ada kriteria yang baik. Salah satu kriteria buku cetak yang baik adalah buku cetak harus bersih dari indoktrinasi.

2.6. Saran

Sebaiknya, seluruh warga sekolah maupun seluruh warga prodi sejarah mengintropreksi agar menjadikan pembelajaran sejarah dapat berlangsung secara lancer dan baik.

DAFTAR PUSTAKA


Suranto. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran Kontemporer. Yogyakarta: Penerbit LaksBang PRESSIndo.
Alfian, Magdalia. 2007. ‘Pendidikan Sejarah dan Permasalahan yang Dihadapi’. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang, Semarang, 16 April 2007
Anggara, Boyi. 2007. ‘Pembelajaran Sejarah yang Berorientasi pada Masalah- Masalah Sosial Kontemporer’. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang, Semarang, 16 April 2007
Gunawan, Restu (ed). 1998. Simposium Pengajaran Sejarah (kumpulan makalah diskusi). Jakarta : Depdikbud
Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta : Pustaka Jaya
Hasan, Hamid S. 2007. ‘Kurikulum Pendidikan Sejarah Berbasis Kompetensi’. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang, Semarang, 16 April 2007
Kochar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah. Jakarta : Grasindo
Martanto, SD, dkk. 2009. ‘Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial Kontemporer Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa’. PKM-GT. Semarang. Tidak Dipublikasikan
Nursam, M. dkk (ed). 2008. Sejarah yang Memihak : Mengenang Sartono Kartodirdjo. Yogyakarta : Ombak
Purwanto, Bambang. 2006. Gagalnya Historiografi Indonesiasentris?!. Yogyakarta : Ombak
Purwanto, Bambang dan Adam AW. 2005. Menggugat Historiografi Indonesia. Yogyakarta. Ombak
Widja, I Gde. 1989. Dasar – Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta : Debdikbud


Sejarah.fkip.unej.ac.id